Kamis, 04 Februari 2010

Kerusakan pada Kemasan Kaleng

> Mengatasi Racun Makanan Kaleng


> Teknologi pengawetan makanan dalam kaleng ini pertama kali ditemukan oleh
Nicholas Appert sekitar 200 tahun yang lalu, melalui risetnya menggunakan
buah-buahan, sayuran dan daging yang dipanaskan dengan sterilisasi
komersial.
>
> Prof DR. Ir. C. Hanny Wijaya, MSc, pengajar di jurusan Teknologi Pangan
dan Gizi IPB, mengatakan bahwa proses sterilisasi pada pengalengan bahan
makanan ini biasanya dilakukan melalui pemanasan menggunakan suhu 121
derajat Celcius selama 20 - 40 menit. Proses steritisasi buah-buahan atau
sayuran yang memiliki pH rendah, membutuhkan waktu dan suhu yang lebih
sedikit dibandingkan dengan produk daging:
>
> Kaleng yang telah disterilisasi, harus didinginkan dengan cepat supaya
mikroba yang tahan panas tidak sempat tumbuh kembali. Setelah itu dilakukan
proses penutupan kaleng secara hermetis, yaitu penutupan kaleng yang sangat
rapat sehingga tidak dapat ditembus oleh udara, air mikroba dan benda asing
lain. Proses penutupan secara hermetis ini menyebabkan makanan yang
dikalengkan memiliki daya simpan yang cukup lama.
>
> KERUSAKAN Meskipun seluruh proses dilakukan secara aseptis (bebas
infeksi), makanan kaleng pun rentan mengalami penurunan mutu akibat
berbagai kerusakan yang terjadi selama penyimpanannya. Kerusakan yang
terjadi dapat langsung dilihat dengan mata telanjang, dan ada juga yang
tidak bisa terdeteksi secara langsung.
>
> Penyimpanan pada tempat yang basah dan lembab, dapat menyebabkan kemasan
kaleng mengalami pengaratan. Sebaiknya Anda tidak membeli produk yang
kalengnya sudah berkarat, karena bisa saja proses pengaratan tersebut sudah
mencapai bagian dalam kaleng dan mempengaruhi makanan di dalamnya.
>
> Perubahan bentuk pada kemasan kaleng juga perlu diwaspadai sebagai salah
satu tanda kerusakan. Kaleng yang berubah menjadi lebih cekung atau
cembung, dapat mengindikasikan adanya kebocoran kecil yang tidak bisa
dilihat dengan mata telanjang. Bakteri dan berbagai sumber penyakit lain
dapat dengan mudah menyusup ke dalam makanan melalui kebocoran yang terjadi
pada kaleng.
>
> Beberapa kerusakan yang berbahaya biasanya terjadi pada kemasan kaleng
yang tampak normal dan tidak mengalami kebocoran. Berikut adalah
kerusakan-kerusakan yang perlu diwaspadai pada makanan kaleng :
>
> FLAT SOUR
> Permukaan kaleng tetap datar dan tidak mengalami kerusakan apapun, tetapi
produk di dalam kaleng tersebut sudah rusak dan berbau asam yang menusuk.
Kerusakan ini disebabkan oleh aktivitas spora bakteri tahan panas yang
tidak terhancurkan selama proses sterilisasi.
>
> FLIPPER
> Bila dilihat secara sekilas, kaleng terlihat norrnal tanpa kerusakan.
Tetapi bila salah satu ujung kaleng ditekan, maka ujung yang lainnya akan
cembung.
>
> SPRINGER Salah satu ujung kaleng tampak rata dan normal, sedangkan ujung
yang lainnya tampak cembung permanen. Bila bagian yang cembung ini ditekan,
maka bagian ujung yang masih rata akan tampak cembung.
>
> SWELL Kedua ujung kaleng sudah terlihat cembung akibat adanya bakteri
pembentuk gas. Swell (cembung) dibedakan menjadi soft swell yang lunak dan
masih bisa ditekan sedikit dengan jari, serta hard swell yang keras dan
tidak bisa ditekan ke dalam.
>
> RACUN BOTULIN
> Prof. Hanny menambahkan bahwa proses pengolahan yang kurang sempurna pada
makanan kaleng dapat menyebabkan bahaya yang serius. Kurangnya suhu dan
waktu pemanasan dapat memberi peluang bagi tumbuhnya bakteri Clostridium
botulinum, bakteri yang paling tahan panas dan dapat hidup dalam kondisi
anaerobik (tidak ada udara).
>
> Bakteri ini mampu melindungi diri dari suhu yang tinggi dengan cara
membentuk spora. Hal ini memungkinkan bakteri tersebut untuk hidup dalam
makanan kaleng yang bahan bakunya daging, ikan atau sayur yang nilai
keasamaannya relatif rendah.
>
> Bakteri Clostridium botulinum menghasilkan racun botulin yang tergolong
jenis neurotoksin, yaitu racun yang dapat menyerang saraf dan menyebabkan
kelumpuhan. Tanda-tanda keracunan botulin adalah tenggorokan menjadi kaku,
penglihatan ganda, otot kejang, serta dapat mengakibatkan kematian akibat
penderita tidak bisa bernapas.
>
> Penderita keracunan botulin harus segera dirangsang untuk muntah supaya
racun yang belum terserap oleh tubuh dapat keluar. Selain itu, obat
pencahar juga bisa diberikan kepada penderita untuk mempercepat pengeluaran
isi usus. Sedangkan bila mulai terjadi gangguan pernapasan, sebaiknya
penderita segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih
lanjut.
>
> Untuk menghindari keracunan botulin, Anda disarankan untuk tidak
mengonsumsi makanan kaleng yang belum dipanaskan terlebih dahulu. Pemanasan
hingga mendidih selama kurang lebih 1- 5 menit mampu menghancurkan racun
botulin.
>
> Sumber: human health




----------------------------------------------------
"FirmanMu Pelita bagi kakiku dan Terang bagi jalanku"
-----------------------------------------------------


Post message : fordian@yahoogroups.com
Subscribe : fordian-subscribe@yahoogroups.com
Unsubscribe : fordian-unsubscribe@yahoogroups.com
Moderator : fordian-owner@yahoogroups.com
File messages: http://groups.yahoo.com/group/fordian
Website Dian : http://dianweb.org




Tidak ada komentar:

Posting Komentar